Halaman

Kamis, 24 Juli 2008

Cukup Sebulan

Ini hanyalah obrolan kecil di sore hari. Tepatnya, pada bulan Juli dimana para Mahasiswa Baru (Maba) mulai sibuk mendaftarkan diri di fakultas yang mereka yakini sebagai tabungan masa depannya. Aku duduk di atas pagar beton yang landai dengan salah seorang temanku, Denis. Tepatnya ia seorang pria.

Pada awalnya pembicaraan hanya berkisar seputar guyonan ala anak (mungkin kata “dewasa” lebih tepat) usia 20-an. Seperti biasa, pada akhirnya pembicaraan tertambat pada persoalan CINTA. Di sini ia berkisah, bahwa maksimal ia menjalin hubungan dengan wanita cukup sebulan, itu sudah paling lama. Bahkan ia pernah menjalin hubungan hanya dalam tiga hari. How can...?!.

Dihubungkan dengan pengalamn pribadi, ternyata lima bulan bukan waktu yang sebentar untuk menjalin hubungan. Meski dalam menjalankan hubungan tersebut, aku harus mati-matian bertahan. Meski aku tidak pernah tahu apa yang aku pertahankan.

Ini bukanlah topik utama. Ini baru pembukaannya saja. Disini aku ingin mempertanyakan satu hal. Mengapa lelaki bisa sebegitu mudahnya melupakan sosok wanita yang telah mengisi hatinya? Seperti meninggalkan jejak kaki di atas pasir. Enteng saja. Terkadang aku merasa tidak adil pada kenyataan tersebut.

Aku sendiri merasa kelabakan untuk mengubah setiap suasana hatiku. Terutama setelah merasakan pahitnya brotowali tanpa bisa mengubahnya semanis gulali. Dan aku benar-benar tidak bisa. Apa aku juga harus mengkondisikan hatiku seperti hati seorang lelaki? Menjadikannya keras, tanpa rasa iba, dan tidak mengumbar air mata.

Aku pernah mengkondisikan diriku dengan menampilkan sosokku yang terlihat kuat. Tapi, ketika aku kembali dihadapkan pada sosok bertangan kekar, berdada bidang, dan bermata tajam, aku kembali terlihat seperti gundukan pasir dan larut disapu ombak, hilang dan pecah. Huah... sungguh melelahkan hidup dalam kepura-puraan.

Bagiku, kaum lelaki tetaplah seperti misteri. Gelap, dingin dan tajam. Mungkin ilustrasi ini terlalu berlebihan, akan tetapi hal ini lah yang aku rasakan selama ini. Huah... bagaimanapun sosok mereka aku tetap harus memilih salah satu diantara mereka to be the shape of my heart. Maybe...

Sabtu, 12 Juli 2008

Do What U Want to Do

The chapter above is easy to talk and to remember. Moreover, it is difficult to do, also for me. Nowadays, I'll try to explore what I have. Although, sometimes I didn't fine some talent in me.
Okey...! I just want to tell you about my project. After retiring from My Campus Magazine, I have desire to lead My Faculty Magazine. Although, I have not enough power to do that. Yeah, I have many problems. In my Faculty Magazine, I have not enough member. Such as, report coordinator or reporter.
Even I get many problems, I try to keep my spirit on. In this period, I believe that my Faculty Magazine will publish. Than, I need more power to fight. Don't be afraid, because God never sleep Sis...! Yeah, I confess that.
I have a plan a magazine's concept with my young brother, Hafid. Now, he was home and he can't help me totally. I understand that. He has many problems to fix. But, I have looking for another person to help me here. However, this magazine must publish as soon as.
Today, everything will begin. I'll have some meetings with my reporter in a certain time, frequently. I still have my own world.


Just keep spirit and keep fighting Sister...! God Bless U...!

Minggu, 06 Juli 2008

Ngeblog di Calypso

Akhirnya kesampaian juga nginep di Warnet, alias jelajahi dunia maya yang tanpa batas tersebut. Padahal aku sedang tidak ada tugas penting yang harus dikerjakan dengan browsing. Selain itu, kondisi kantong yang kian menipis seolah tidak berpengaruh apa-apa bagiku. Tapi, hasrat ingin melepas penat lantaran banyak hal yang telah terjadi minggu ini. Aku sadar, banyak hal yang harus ku selesaikan. Apalagi hal yang telah kumulai juga harus ku tuntaskan.
Dari browsing-browsing yang tidak penting malem ini aku jadi tahu banyak hal. Terutama, hal-hal yang terjadi dikalangan selebriti (Meski buang-buang waktu kjika harus dibicarakan).

Pertama : Aku baru sadar jika tiga dara keluarga Azhari memang whore. Terbukti dari beberapa foto yang kulihat, rata-rata mereka terkesan selalu "buka lapak"
Kedua : Aku baru sadar jika pria bule yang berfoto bersama Evan Sanders adalah Dosen Mata Kuliah Speaking di kampus. Namanya Matthew. Dan aku yakin tidak salah lihat.
Ketiga : Aku baru sadar juka Clive Owen ternyata keren dan seksi. Tatapan matanya yang tajam membuat dirinya terlihat seksi. Akan tetapi ada fakta yang mengejutkan bahwa istrinta tidak secantik yang aku kira.
Keempat : Aku baru sadar jika Justin Bartha lebih tua dari yang aku kira. Selain itu, ia juga telah main di beberapa film.

Sepertinya cukup ini yang aku peroleh dari hasil bersemedi bersama Nisa alias Tumik...! Di lain waktu, aku akan menceritakan hal-hal yang telah kudapatkan. I hope so..

Jumat, 04 Juli 2008

Akhirnya...

Akhirnya...
Waktu telah menjawab semua. Ketidak adilan, persekongkolan bahkan penghianatanpun telah terurai jelas. Rasanya percuma bagiku yang telah mendedikasikan tenaga, waktu dan pikiranku untuk mempertahankan semua ini, tapi semua terasa sia-sia. Aku bukan menyesali apa yang telah ku lakukan, karena pantang bagiku menjilat ludah sendiri. Setidaknya, aku tahu karakter-karakter para penjilat yang mondar-mandir di depan mataku.
Semua seakan tunduk pada titah Raja Namrud. Aku benci semua kepura-puraan ini. Didepanku, semua orang seakan tersenyum sangat lebar. Akan tetapi, dibalik punggungnya, mereka mengepalkan seleruh jemarinya kecuali jari tengah, seraya berkata "Fuck You". Sungguh menyebalkan!!!
Yeah...I am retired from Bestari. Tepatnya, aku, Pinandu dan Nisa. Kita sudah mengambil keputusan yang besar. I think We're is the winner not the loser. Setidaknya, kita harus mencari kegiatan baru untuk menyibukkan diri dan melupakan semua yang telah terjadi. Bagaimanapun juga, It's look so funny. Kmi serasa diberi tontonan gratis, lucu pula.
Sebelum surat skorsing kami terima, setidaknya kami telah melakukan pembantaian beruntun. Hal tersebut selain bertujuan memberikan sebuah shock therapy kepada beberapa orang yang sok pintar, kami (Aku dan Pinandu) juga ingin melakukan "pengiriman tim SAR" terhadap berita kami. Rencana berjalan lancar, meski terdapat pembelaan yang tidak beralasan dari para tetua, sungguh tidak adil.
Aku benci semua ini. Hingga saat ini, semua orang tetap saja berpura-pura menjadi malaikat untukku. Aku hanya butuh mengumpulkan kembali rencana hidupku yang berantakan. Dan aku percaya pasti hal yang lebih baik yang akan mengganti semua yang telah kutanam dan kusemai. Yaech... I believe that!
Sekali lagi, waktu akan menjelaskan, siapa yang pecundang dan siapa yang pemenang...!